Kau tak perlu mengatakannya.
Oh, aku pun tahu, kau tak akan mengatakannya. Sekeras apapun rindu itu menderamu. Hanya saja yang kau mesti ketahui walau tak bicara apapun padaku, aku merindukanmu. Layaknya pasir pantai yang rindu digerus ombak. Layaknya daun kering di jalanan yang dibawa angin kemana pun angin itu bertiup.
Kau tak perlu mengatakannya.
Aku tahu kalau dirimu tidak akan pernah balas mengucap rindu. Biarkan rindu ini menguap, menjadi sesuatu yang pernah ada, namun tak pernah dianggap ada oleh si penerima rindu.
Kadang aku berpikir, orang hebat seperti apa dirimu hingga diriku merindumu bagai orang gila. Namun aku tak menemukan jawabannya. Kau hanya lelaki biasa, serba biasa dengan hidup yang biasa. Kisah hidupmu tak sedramatis yang orang pikirkan. Kisah cintamu jauh dari kata berwarna.
Lalu apa yang membuatmu begitu kurindukan?
Tak ada, itulah jawabannya.
Karena rindu seringkali tanpa alasan. Rindu seringkali tanpa balasan.
Kau tahu, kadang merindumu ternyata sangat meletihkan. Aku berpikir, apa kalau dirimu membalas rinduku, letih ini akan menghilang?
Namun kurasa, rindu memang tidak akan pernah berbalas. Rindu hanya sekedar rindu.
Sebab rindu, hanya milikmu dengan perempuanmu. Bukan milikku si perempuan di sudut gelap relung hatimu.